Kala mentari tarbangun dari peraduannya
Aku terjaga
Antara ada dan tiada ku mencari kesadaran
Meninggalkan selimut mimpi yang mencekam
Kenapa pagi ini begitu sepi?
Mengapa sinar mentari terasa menusuk
Kemana suara sang wibawa
Mungkinkah dia tlah menggarap ladang dan sawah
Ingin ku beranjak mencari
Meleburkankan semua rindu yang ada
Tapi biarlah senja kan membawanya kembali pulang
Saat senja
Saat mentari kembali pulang
Saat isi alam menata diri tuk terjaga dalam lelap
Aku menanti
Dan menanti
Kemana sang wibawa
Hati ku mulai bergemuruh
Dihamili ketakutan yang mencekam
Mungkinkah sang wibawa lupa akan langkah pulang
Atau kah ladang dan sawah enggan ditingglkannya
Gemuruh hati menuntun langkah
Menyusuri lembah
Melangkah menuju ladang dan sawah
Kulintasi ladang tumbuh-tumbuhan merunduk
Merintih
Mengisyaratkan kesedihan yang mendalam
Kulangkah kakiku ke sawah
aku terhentak
mendengar jerit tangis padi-padi yang menguning
air mata pilu mengucur tak terbendung
hey kenapa kalian?
Mengapa kalian menangis?
Kemana tuan mu sang wibawa?
Kemana???
Aku terdiam,
Diam,
Bersimpuh,
dan tangisku pun membuncah!!!
Rungkut, 16 November 2010
No comments:
Post a Comment