Welcome To My Blog # My Mind # My Inspirate

Thursday, November 11, 2010

Prosa Baru => Cerpen


Kereta

Pernahkah kalian naik kereta? Kereta api bukan kereta kencana seperti dalam dongeng-dongen sebelum tidur. Aku pernah naik kereta. Hemm tidak hanya pernah tapi bisa dibilang sering. Terakhir naik kereta kemari. Ya, kemarin. Kamu tahu apa itu kemarin? Kemarin adalah bukan esok, bukan pula sekarang. Kemarin adalah masa lalu. Masa lalu akan berlalu tanpa meninggalkan jejak atau hanya sekadar sajak ketika kalian tak memaknainya. Oleh sebab itu, aku menceritakan ini pada kalian, supaya masa lalu ku menjadi sejarah, supaya puing-puing yang menyesakkan dalam dadaku keluar dan termuntahkan bersama sejarah yang mungkin kalian kenang.
Yah. Dalam hatiku penuh sesak. Duka yang harus ku bawa kemana-mana kemanapun aku pergi. Pergi kuliah, ke pasar, ke manapun. Saat berjalan, bersepedah, naik angkot, naik kereta. Yah kemarin aku naik kereta. sudah berabad-abad alat transportasi itu, masih dipakai juga dan tidak jua lekang oleh waktu, malah semakin canggih. Aku hendak pulang ke Jogja naik sritanjung. Panjang antrian tiket di Gubeng Surabaya, padahal sebentar lagi kereta akan segera tiba. Ada Laki-laki bertubuh kekar tiba-tiba menyerobot antrian. Huft ingin rasanya ku tonjok muka jeleknya. Biar dia tau bahwa yang antri tidak hanya dia. Jadi harus sabar mangantri. Tapi sudah lah Mungkin laki-laki itu bukanlah orang yang berpendidikan, atau hanya tidak menyadari kemanusiaan itu sendiri. Lho, apa hubungannya mengantri dengan kemanusiaan?
Ting tong ting tong kereta tiba. Besi panjang tua itu berdecit di atas besi yang lain, ckiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit. Aku masuk kereta. Oh penuh sesak?!! Tidak hanya kursi yang penuh manusia. Di lantai, di dekat pintu, bahkan di kakus berjubel manusia. Mungkin jika diijinkan atap luar kereta pun akan penuh manusia. Untung saja aku dapat tempat duduk. Meskipun tidak nyaman karena seharusnya kursi buat berdua harus rela menyangga tiga bokong manusia sekaligus. Maklum kereta ekonomi kelas bawah. Panas, penuh sesak, kotor, bau sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Penumpangnya pun tidak hanya manusia. Ayam, kucing, bebek kadang juga ikut naik kereta. Seperti kemarin itu. Orang didepanku sibuk dengan binatang kesayangannya yang ngotot ikut naik kereta. Ayam jelek. Selamanya tetap ayam. Tidak tau sopan santun. Tak tau dia sedang ada dimana. Tiba-tiba saja berak. Meski tidak kena sandal jepit ku. Tapi baunya sanggup mengaduk-ngaduk isi perut ku. Busyet!!!. Huft. Sekali lagi maklum. Ini kereta ekonomi. Yang sering dijuluki KRJ. Kereta rakyat jelata. Hahahahaha…. Menyedihkan memang. Tapi meskipun begitu kau sungguh mulia kerata. Kau tau arah mana yang hendak kau ttuju. Kau tau kemana jalan yang hendak kau tempuh. Kau tahu kemana hendak kau pergi. Tidak seperti diri ku dan manusia-manusia yang kau gendong ini. Mereka tidak akan tahu kemana hidupnya berjalan. Tidak ada yang tahu dengan pasti. Ah ketidak tahuan ini yang menyesakkan jiwa ku. Bertahun-tahun aku mencari dan bertanya-tanya kemana dan kemana hendak kubawa hidup ini tapi tiada pernah ku temui jawaban itu. Tidak pernah dapat kutemukan jawaban pasti. Yang aku tahu hanya satu hal yang pasti. Hidup mengarah kepada kematian. Ya kematian! Aku akan mati. Kamu akan mati. Kita semua akan mati. Ah  apa gunanya pula aku menceritakan segenap masa lalu? Jika pada akhirnya kamu, aku, kita semua berakhir dengan kematian. Apa gunanya semua ini...........??!!

No comments:

Post a Comment