Welcome To My Blog # My Mind # My Inspirate

Friday, November 16, 2012

Cerpen ku: Bidadari Masa Lalu*



M

alam, bagi sebagian orang malam adalah ketenangan, malam adalah selimut yang dapat melepaskan diri dari segala letih dan penat. Bagi sepasang penangantin malam adalah bulan yang yang memandikannya dengan hasrat cinta yang membara, malam adalah surga yang membawanya menikmati tiap lekuk keindahan. Namun bagi bagi Tomi malam tak ubahnya seperti belati. Membawa kesepian yang begitu menyayat, membawa kepedihan yang medalam, menyiratkan luka-luka yang menganga.
Malam ini seperti malam-malam sebelumnya. Tomi terdiam duduk di balkon kamarnya. Wajahnya nampak murung, ia terpaku menatap langit, sesekali ia pejamkan matanya, dan saat matanya terbuka tampak butir-butir embun menghiasi.

Dari dalam rumah terdengar langkah kaki menuju balkon mendekati Tomi yang termenung menatap langit. “Den, ini kopinya” suara perempuan paruh baya mengejutkan. ditatapnya perempuan paruh baya itu tanpa terucap satu patah kata pun dari mulutnya.  Perempuan itu mengangguk, sesaat kemudian perempuan itu pergi dari hadapannya.
Aroma kopi panas menusuk, menghangatkan udara malam pegunungan, menggoda siapa saja yang berada di dekatnya. Namun Tomi tetap terdiam.  Lama. Malam tambah hening, tambah senyap, tambah penuh tanya.
Jarum jam menunjuk pukul dua belas malam. Satu-dua burung hantu menyembulkan kepalanya dari lubang sarangnya, membawa badannya yang buntal ke tengger pohon yang paling tinggi hampir menyundul dagu bulan. Dan hewan-hewan malam lainnya pun serentak bergerilya ke lubang-lubang gelap. Kepulan kopi panas telah berubah menjadi embun-embun dingin. Tomi masih terdiam tanpa kata.
Sambil bersandar di kursi, ia mencoba memejamkan mata sipitnya. Terbayang olehnya sesosok dara cantik yang ditemuinya duapuluh tujuh tahun silam. Saat dia masih duduk dibangku SMA. Saat gelora remaja membakar tiap tetes darahnya. Saat kesalahan demi kesalahan dilakukaknnya tanpa mau tau apakah itu kesalahan atau bukan. Nadia dara cantik sebagai cinta pertama dan terakhir yang memberikannya berjuta keindahan surga sekaligus membelenggunya dalam kesunyian panjang.
Cantik, sungguh cantik. Dua bola mata Nadia yang berbinar tegas, meninggalkan sorot yang menggores tajam setiap memandang. Bibirnya menggumpal padat berisi dan basah mengkilap. Kulit wajahnya halus sempurna dan seputih kapas. Wajah itu sungguh bercahaya menggetarkan dada dan menyejukkan hati, sampai-sampai Tomi rela memberi apa saja dan melakukan apa saja demi bidadari yang dicintainya. Dan menembus batas-batas wajar hubungan antar remaja.
Kobar  api asmara membakar kedua anak manusia, mengalahkan kobaran lahar yang melelehkan lembah dan bukit. Keduanya meleleh dalam pelukan hasrat cinta. Menyelami tiap lekuk surga dalam balutan butiran-butiran birahi. Hingga saat kelulusan sekolah tiba, dara cantik Nadia menunaskan benih cinta Tomi dalam tubuhnya. Tomi yang sangat mencintainya bersedia menikahi Nadia dan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Namun orang tua Nadia tidak setuju. Dibawanya putri semata wayangnya pindah keluar negeri dengan paksaan. Dan Tomi dikuliahkan orang tuanya di salah satu perguruan tinggi ternama di Yogyakarta. Mereka terpisah tanpa  jejak.
 Waktu melesat secepat anak panah dilepas dari busurnya. Seperti Arjuna menarik Pasupati-nya saat berhadapan dengan Adipati Karna dalam perang Bharatayudha. Begitu juga usia Tomi. Semakin tua dan tetap sendirian. Setelah lulus kuliah, perusahaan orang tuanya sepenuhnya dipercayakan kepadanya karna ia adalah anak semata wayang. Hari demi hari yang diisi dengan bekerja dan bekerja, selebihnya digunakan untuk mencari tau tentang keberadaan Nadia dan duduk berdiam di balkon latai dua rumahnya tuk membiarkan dirinya terhanyut dalam kesunyian yang membawanya pada bidadari masa lalunya.
Bertahun-tahun ia mencari keberadaan Nadia. Anak buahnya dikerahkan ke berbagai negara untuk mencari keberadaan Nadia. Meskipun kini Tomi sudah beristri namun bayangan nadia tak pernah lepas dari ingatannya. Baginya istrinya hanya sebagai indentitas agar tak ada sebutan jaka lapuk sebagaimana yang sering dituturkan ibunya. Pernikahannya pun bukan kehendak dirinya melainkan kehendak dan sepenuhnya diatur oleh orangtuanya. Tomi hanya diam menuruti keinginan orang tuanya, baginya menikah atau tidak sama saja, baginya kini ia hanya sebatas raga. Jiwa dan hatinya telah pergi jauh bersama Nadia. Sejak pernikahannya dua tahun silam hingga saat ini tak pernah sedikitpun ia menyentuh istrinya. Sepertinya diantara suami istri ini ada api kebencian yang begitu besar. Tak pernah diantara keduanya saling bertegur sapa. Yang ada hanya pertengkaran dan pertengkaran. Pernikahan mereka karena ambisi orang tua tuk memperbesar perusahaan yang dimilikinya.
Malam semakin larut, alam merengkuh tidur dalam kesunyian. Terdengar langkah kaki menaiki tangga diiringi tawa seorang wanita dan suara laki-laki. Ya... wanita itu Bella istrinya. Hampir setiap malam Bella pulang larut malam dalam keadaan mabuk dengan membawa teman laki-lakinya. Karena pengaruh alkohol Bella tak sadar bahwa kamar yang dimasukinya adalah kamar Tomi. Dan ia pun tak tahu bahwa Tomi berada di balkon kamarnya.
Tomi tetap terhanyut dalam lamunannya. Riuh suara desahan Bella yang terbakar birahi bersama teman laki-lakinya. Mereka sungguh pasangan yang dasyat. Dengus dan desisnya seperti sepasang naga yang bergulum dilangit tebal warna kelabu. Namun Tomi tetap diam tak berpijak. Hingga handphonnya bergetar ia baru tersadar dari lamunannya. Dilihatnya layar telpon genggamnyanya. Tertuliskan nomor awal  0033-.... “Bonjour Monsiur......” Suara anak bauhnya memberi kabar tentang keberadaan Nadia. Tomi berdiri tersentak.
Embun-embun di matanya berguguran menjadi rintik hujan. Mengalir deras menganak sungai di lekuk-lekuk pipinya. Tak satu pun kata terucap. Tubuhnya lemas terhempas kembali di kursi. Hujan dimatanya sudah menjadi badai. Riuh rendah bergemuruh seakan puting beliung yang akan merubuhkan apa saja.
Lara berkubang seperti seonggok  daun-daun gugur di matanya yang tersayat. Dalam pandangannya yang kelam terlihat Nadia menatapnya. Sosok berwajah lembut nan cerlang itu tersenyum padanya, bersamaan muncul lingkaran cahaya terang memusar lalu memancar. Bidadari menghilang yang terlihat hanya hitam dan kelam. 

by: Shanty_one

2 comments:

  1. susunan kata yg bagus...salam kenal...
    kunjungi blog ku jg yaa... :)
    http://favouritesix.blogspot.com

    ReplyDelete