Welcome To My Blog # My Mind # My Inspirate

Thursday, November 22, 2012

Cerpen Ku : Sesal*

by: Shanty_One

 Tak seperti biasa malam ini begitu sunyi. Sinar bulan tiada menyinar, bintang-bintang pun sepertinya sedang tertidur pulas hingga tiada sadar tugasnya menghiasi malam terlupakan. semilir angin berhembus menerobos tirai membangunkan laki-laki tua yang tampak tertidur di sebuah kursi malas dekat jendela. Hembusan angin membangunkannya dari indahnya mimpi atau mungkin menyadarkannnya bahwa kenyataan yang dihadapi tak seindah dalam pelukan mimpi.

Ia mencari-cari keterjagaan. Diraihnya secangkir kopi yang dari tadi terletak dimeja sebelah kursi malasnya. Sepertinya seteguk kopi tak mampu menyegarkan wajahnya yang tampak sayu dan pucat. Dipandangnya langit malam yang semakin suram. Dipandangnya bukit-bukit dikejauhan namun yang tampak hanya hitam dan hitam. Ia berdiri mendekati  jendela. Dalam hatinya bertanya-tanya “Mengapa malam begitu kelam. Kemana kunang-kunang yang biasa berterbangan dilereng-lereng bukit. Yang biasa nampak seperti lampu-lampu metropolis yang selalu menemani ku dibalkon ini?” ia kembali duduk dikursi malasnya. ia diam. Badannya yang bersandar di kursi sesekali terguncang pelan. Ada danau menggenangi matanya. Ya, dia menangis diam-diam.
Sementara di luar, gerimis mulai turun. Sesekali tempias airnya masuk terbawa angin menerpa wajah pucat penuh keriput itu. Gemerincing hujan menambah pilu hatinya. Terbayang saat ia pergi meninggalkan wanita yang sangat dicintainya. Saat itu ia berada dalam pilihan yang sangat berat. Wanita yang dicintainya adalah salah seorang aktivis Gerakan Aceh Merdeka. Sedangkan dirinya adalah seorang anggota TNI yang ditugaskan di Aceh. Suatu hari ia bertemu dengan Zulaiha gadis Aceh yang membuatnya jatuh cinta. Begitu besar cintanya terhadap Zulaiha sampai-sampai ia tak perduli siapa dan bagaimana latar belakang Zulaiha. Zulaiha bukan  gadis biasa ia sangat pintar. Dan memanfaatkan situasi untuk ambisi gerakannya.  
Hari berganti ia semakin jatuh cinta kepada Zulaiha. Meskipun ia tahu bahwa Zulaiha adalah musuhnya yang setiap saat mengorek informasi darinya. Meskipun ia tahu bahwa Zulaiha sebenarnya hanya memanfaatkannya. Waktu terus berjalan Zulaiha melihat ketulusan dihati lakilaki itu. Sebagai seorang wanita hatinya tak sekeras batu. Lama-lama ia luluh oleh  cinta seorang musuh. Dan suatu hari tanpa disadari gelora cinta keduanya berkobar membara, laksana naga api mengahanguskan perkotaan. Keteguhan iman Zulaiha yang noto bene sorang muslim berjilbab panjang rapuh oleh hasrat cinta. Dan meraka terbuai dalam pelukan cinta yang menggelora.
Hari berganti hari, bulan pun terus benganti hubungan mereka tetap berjalan meskipun butir-butir peluru mengancamnya. Hingga suatu hari Zulaiha memberi kabar bahwa ia tengah hamil tiga bulan. Ia harus bertanggung jawab. Ia tak ingin anaknya lahir dengan sebutan anak haram. Namun di sisi lain bagaimana mungkin ia bisa menikahi Zulaiha. Sedangkan mereka sudah jelas-jelas berbeda.
Belum terpecahkan masalah mengenai kehamilan Zulaiha muncul masalah baru. Saat dia sedang bertemu dengan Zulaiha tak sadar bahwa salah seorang anggota TNI lainnya mengawasi gerak-geriknya. Ia mengetahui hal itu. Dan saat itu juga ia mengajak Zulaiha untuk melarikan diri dari Aceh. Namun Zulaiha menolaknya karena ia tak mau meninggalkan orang tuanya dan Zulaiha menyuruhnya untuk melarikan diri seorang diri. Zulaiha berjanji akan menjaga anak dalam kandungannya. Ia pun menuruti keingin Zulaiha. Ia pergi meninggalkan Aceh tanpa sepengetahuan siapa pun.
Ia menuju ke Kalimantan disana ia mengasingkan diri disebuah rumah saudarannya yang sudah tak dihuni lagi. Lima tahun kemudian aceh sedah kembali aman. Keinginannya untuk bertemu dengan Zulaiha dan anaknya tak tertepikan. Akhirnya ia memutuskan untuk ke Aceh. Sesampai disana keadaan sudah tidak seperti dulu lagi. Sampuan tsunami telah meluluh lantakkan semuanya. Semua kenangnya telah sirna. Ia yakin bahwa Zulaiha dan anaknya menjadi korban Tsunami.
Namun saat Ia hendak pulang kembali ke Kalimantan ditemuinya seseorang yang begitu ia kenal. Ya temannya sesama anggota TNI yang dulu pernah memergokinya saat berduaan dengan Zulaiha. Ia menyesalkan mengapa ia dulu pergi dan menghilang. Padahal temannya itu tak pernah sedikitpun berniat akan melaporkannya ke atasannya. Ia sangat menyesal. Dan penyesalannya semakin dalam ketika ia tahu bahwa Zulaiha meninggal bukan lantaran menjadi korban Tsunami namun karena Zulaiha dihukum rajam oleh masyarakat lantaran hamil diluar nikah.
Hatinya semakin hancur. Sepanjang perjalanan kembali ke Kalimantan air mata terus membanjiri matanya. Terbayang tangisan bayi dalam kandungan ibunya yang meraung-raung kesakitan dilempari bebatuan. Terbayang betapa menderitanya Zulaiha karena cinta yang telah ia berikan dan karena ia begitu pengecut. Hingga saat ini rasa sesal selalu menghantui. Merenggut semua sisa umurnya.  

NB: *tidak seberapa bagus ce.. tapi disyukuri saja dapat berkarya..

No comments:

Post a Comment