M
|
alam,
bagi sebagian orang malam adalah ketenangan, malam adalah selimut yang dapat
melepaskan diri dari segala letih dan penat. Bagi sepasang penangantin malam
adalah bulan yang yang memandikannya dengan hasrat cinta yang membara, malam
adalah surga yang membawanya menikmati tiap lekuk keindahan. Namun bagi bagi
Tomi malam tak ubahnya seperti belati. Membawa kesepian yang begitu menyayat,
membawa kepedihan yang medalam, menyiratkan luka-luka yang menganga.
Malam ini seperti malam-malam
sebelumnya. Tomi terdiam duduk di balkon kamarnya. Wajahnya nampak murung, ia
terpaku menatap langit, sesekali ia pejamkan matanya, dan saat matanya terbuka
tampak butir-butir embun menghiasi.
Dari dalam rumah terdengar langkah kaki
menuju balkon mendekati Tomi yang termenung menatap langit. “Den, ini kopinya” suara perempuan paruh
baya mengejutkan. ditatapnya perempuan paruh baya itu tanpa terucap satu patah
kata pun dari mulutnya. Perempuan itu
mengangguk, sesaat kemudian perempuan itu pergi dari hadapannya.
Aroma kopi panas menusuk, menghangatkan
udara malam pegunungan, menggoda siapa saja yang berada di dekatnya. Namun Tomi
tetap terdiam. Lama. Malam tambah hening, tambah senyap,
tambah penuh tanya.
Jarum jam menunjuk pukul dua belas malam. Satu-dua burung hantu
menyembulkan kepalanya dari lubang sarangnya, membawa badannya yang buntal ke
tengger pohon yang paling tinggi hampir menyundul dagu bulan. Dan hewan-hewan
malam lainnya pun serentak bergerilya ke lubang-lubang gelap. Kepulan kopi
panas telah berubah menjadi embun-embun dingin. Tomi masih terdiam tanpa kata.
Sambil bersandar di kursi, ia mencoba memejamkan
mata sipitnya. Terbayang olehnya sesosok dara cantik yang ditemuinya duapuluh
tujuh tahun silam. Saat dia masih duduk dibangku SMA. Saat gelora remaja
membakar tiap tetes darahnya. Saat kesalahan demi kesalahan dilakukaknnya tanpa
mau tau apakah itu kesalahan atau bukan. Nadia dara cantik sebagai cinta
pertama dan terakhir yang memberikannya berjuta keindahan surga sekaligus
membelenggunya dalam kesunyian panjang.
Cantik, sungguh cantik. Dua bola mata Nadia yang berbinar tegas,
meninggalkan sorot yang menggores tajam setiap memandang. Bibirnya menggumpal
padat berisi dan basah mengkilap. Kulit wajahnya halus sempurna dan seputih
kapas. Wajah itu sungguh bercahaya menggetarkan dada dan menyejukkan hati,
sampai-sampai Tomi rela memberi apa saja dan melakukan apa saja demi bidadari
yang dicintainya. Dan menembus batas-batas wajar hubungan antar remaja.
Kobar api asmara membakar kedua anak
manusia, mengalahkan kobaran lahar yang melelehkan lembah dan bukit. Keduanya
meleleh dalam pelukan hasrat cinta. Menyelami tiap lekuk surga dalam balutan
butiran-butiran birahi. Hingga saat kelulusan sekolah tiba, dara cantik Nadia
menunaskan benih cinta Tomi dalam tubuhnya. Tomi yang sangat mencintainya
bersedia menikahi Nadia dan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Namun
orang tua Nadia tidak setuju. Dibawanya putri semata wayangnya pindah keluar
negeri dengan paksaan. Dan Tomi dikuliahkan orang tuanya di salah satu
perguruan tinggi ternama di Yogyakarta. Mereka terpisah tanpa jejak.
Waktu melesat secepat anak
panah dilepas dari busurnya. Seperti Arjuna menarik Pasupati-nya saat berhadapan dengan Adipati Karna dalam perang Bharatayudha. Begitu juga usia Tomi.
Semakin tua dan tetap sendirian. Setelah lulus kuliah, perusahaan orang tuanya
sepenuhnya dipercayakan kepadanya karna ia adalah anak semata wayang. Hari demi
hari yang diisi dengan bekerja dan bekerja, selebihnya digunakan untuk mencari
tau tentang keberadaan Nadia dan duduk berdiam di balkon latai dua rumahnya tuk
membiarkan dirinya terhanyut dalam kesunyian yang membawanya pada bidadari masa
lalunya.
Bertahun-tahun ia mencari keberadaan Nadia. Anak buahnya dikerahkan ke
berbagai negara untuk mencari keberadaan Nadia. Meskipun kini Tomi sudah
beristri namun bayangan nadia tak pernah lepas dari ingatannya. Baginya
istrinya hanya sebagai indentitas agar tak ada sebutan jaka lapuk sebagaimana
yang sering dituturkan ibunya. Pernikahannya pun bukan kehendak dirinya
melainkan kehendak dan sepenuhnya diatur oleh orangtuanya. Tomi hanya diam
menuruti keinginan orang tuanya, baginya menikah atau tidak sama saja, baginya
kini ia hanya sebatas raga. Jiwa dan hatinya telah pergi jauh bersama Nadia.
Sejak pernikahannya dua tahun silam hingga saat ini tak pernah sedikitpun ia
menyentuh istrinya. Sepertinya diantara suami istri ini ada api kebencian yang
begitu besar. Tak pernah diantara keduanya saling bertegur sapa. Yang ada hanya
pertengkaran dan pertengkaran. Pernikahan mereka karena ambisi orang tua tuk
memperbesar perusahaan yang dimilikinya.
Malam semakin larut, alam merengkuh tidur dalam kesunyian. Terdengar
langkah kaki menaiki tangga diiringi tawa seorang wanita dan suara laki-laki.
Ya... wanita itu Bella istrinya. Hampir setiap malam Bella pulang larut malam
dalam keadaan mabuk dengan membawa teman laki-lakinya. Karena pengaruh alkohol
Bella tak sadar bahwa kamar yang dimasukinya adalah kamar Tomi. Dan ia pun tak
tahu bahwa Tomi berada di balkon kamarnya.
Tomi tetap terhanyut dalam lamunannya. Riuh suara desahan Bella yang
terbakar birahi bersama teman laki-lakinya. Mereka sungguh pasangan yang
dasyat. Dengus dan desisnya seperti sepasang naga yang bergulum dilangit tebal
warna kelabu. Namun Tomi tetap diam tak berpijak. Hingga handphonnya bergetar ia baru tersadar dari lamunannya. Dilihatnya
layar telpon genggamnyanya. Tertuliskan nomor awal 0033-.... “Bonjour
Monsiur......” Suara anak bauhnya memberi kabar tentang
keberadaan Nadia. Tomi berdiri tersentak.
Embun-embun di matanya berguguran menjadi rintik hujan. Mengalir deras
menganak sungai di lekuk-lekuk pipinya. Tak satu pun kata terucap. Tubuhnya
lemas terhempas kembali di kursi. Hujan dimatanya sudah menjadi badai. Riuh
rendah bergemuruh seakan puting beliung yang akan merubuhkan apa saja.
Lara berkubang seperti seonggok daun-daun gugur di matanya yang tersayat.
Dalam pandangannya yang kelam terlihat Nadia menatapnya. Sosok berwajah lembut nan cerlang itu tersenyum padanya, bersamaan
muncul lingkaran cahaya terang memusar lalu memancar. Bidadari menghilang yang terlihat hanya hitam
dan kelam. by: Shanty_one
susunan kata yg bagus...salam kenal...
ReplyDeletekunjungi blog ku jg yaa... :)
http://favouritesix.blogspot.com
terimakasih.. :-) follow juga ya
ReplyDelete