a. Konsep Kreatif Secara Umum
Kreatif adalah
mempunyai kemampuan untuk mencipta (Riwiyadi dan suci:246). Kata kreatif
selanjutnya memunculkan istilah yang disebut dengan kreativitas. Kreativitas adalah proses mental yang
melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang
sudah ada. Pendapat lain memaparkan kreativitas memiliki tiga definisi yaitu: (1)Kemampuan menemukan
hubungan-hubungan baru; (2)Kemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang baru; (3)Kemampuan membentuk kombinasi
baru. sumber kretifitas meliputi Wawasan, pengetahuan imajinasi, logika,
intuisi kejadian-kejadian kebetulan, evaluasi lingkungan, dan rangsangan
eksternal. Kreativitas memiliki tiga elemen yaitu: (1)Sensitivitas
yaitu kemampuan mengetahui adanya persoalan, menyisihkan detail dan
fakta yang menyesatkan; (2)Sinergi yaitu kemampuan menemukan
totalitas sistem dengan memadukan elemen-elemennya; (3)Serendivitas yaitu kemampuan menangkap esensi dari suatu
kejadian yang terjadi secara kebetulan.
Dengan adanya kreativitas
ini manusia dapat menciptakan hal-hal baru. Misalnya seorang pengusaha mampu
menciptakan inovasi baru terhadap usahanya, seorang penulis dapat membuat
novel, seorang pelukis dapat melukis lukisan benda-benda yang mungkin tidak ada
dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan
yang sering muncul bagaimanakah kreativitas itu muncul dalam diri manusia.
Apakah kreativitas itu muncul dengan sendirinya ataukah muncul karena
latihan-latihan dan proses belajar yang panjang.
Mengenai bagaimana kretifitas
itu muncul dalam diri manusia para ilmuwan terpecah menjadi dua kubu yang
masing-masing memiliki argumentasi berbeda dan mempertahankan argumentasinya. Kubu pertama menyebutkan, kreativitas
muncul secara tiba-tiba dan intuitif. Sementara kubu kedua mengatakan, kreativitas
adalah proses belajar yang panjang dan teratur. Mana yang benar diantara kedua
pendapat itu, hingga kini belum dapat ditentukan secara mutlak. Banyak penemuan
baru menunjukkan pola, seolah-olah gagasannya datang begitu saja dari langit.
Akan tetapi, banyak penerima hadiah Nobel melakukan penelitian sistematis
selama beberapa dasawarsa, sehingga menemukan sesuatu yang baru.
Kubu yang menyebutkan bahwa kreativitas, gagasan atau
penemuan cemerlang merupakan sesuatu yang muncul tiba-tiba, dipelopori oleh
profesor Dean Keith Simonton, peneliti kreativitas dari Universitas California
di Davis AS. Sementara kubu yang mengatakan, kreativitas adalah proses belajar
yang panjang dan teratur, dipelopori oleh Prof. Gerd Graßhoff dari Universitas
Bern di Swiss.
b. Proses Kreatif Pengarang
Eka kurniawan adalah penulis novel berjudul “Cantik Itu
Luka”. Penulis ini mengibaratkan menulis seperti memasak. Menurutnya tugas
pertama seorang penulis, kurang lebih mirip dengan juru masak, yakni: tidak membuat
tulisan yang tidak enak dibaca. Menulis apa pun sebaiknya memang enak dibaca.
Percuma bila menulis ratusan halaman jika orang hanya betah membaca satu-dua paragraph.
Percuma juga bila memasak berloyang-loyang jika orang hanya tahan makan satu
suap.
Dalam proses kreatif Eka Kurniawa belajar banyak dari para
juru masak (ada sebuah cerpennya bercerita mengenai juru masak terkenal abad
kesembilan belas, berjudul “Kutukan Dapur”, dalam Cinta tak Ada Mati).
Seperti para juru masak, ia selalu berusaha memperoleh bahan-bahan terbaik
(segar dan bergizi) untuk setiap tulisan. Sebagian besar makanan yang kita
makan merupakan olahan dari berbagai bahan.. Demikian pula dalam sebuah
tulisan, kita bisa menemukan pengalaman hidup penulis, peradaban suatu zaman,
atau mungkin analisa mengenai arsitektur sebuah kota.
Dalam novel pertamanya, Cantik itu Luka, ia
mencampur beberapa bahan yaitu: filsafat, mitologi, sejarah, dan folklore.
Dalam novel keduanya, Lelaki Harimau, dalam adonannya terdapat sebuah
peristiwa nyata dan sebuah dongeng turun-temurun. Tampaknya ada bahan-bahan
yang kontradiktif: filsafat dan mitologi, Folklore dan sejarah, Peristiwa nyata
dan dongeng. Mengenali bahan dengan baik, tentu merupakan syarat untuk bisa
mengolah bahan-bahan ini menjadi baik pula. Seorang juru masak yang baik
mestinya tahu apa yang terkandung di dalam makaroni, kalau perlu hingga nilai
gizi per takarannya.
Dalam Cantik itu Luka, gagasan utama penulisan novel
itu berawal dari pertanyaan mengenai sejarah. Pertama-tama penulis membongkar
dulu asumsi-asumsi filosofisnya Kedua, tentu penulis juga mesti masuk ke
materi-materi sejarah di mana novel itu akan diletakkan Selanjutnya di dalam satu adonan, tak hanya bahan-bahan
pokok yang hadir, namun juga ada bumbu-bumbu. Bumbu-bumbu ini seringkali justru
yang membuat bahan-bahan pokok terasa lebih enak. Demikian pula di dalam sebuah
novel, atau tulisan apa pun, kita membutuhkan bumbu untuk membuat tulisan
menjadi lebih manis atau asin, atau pedas (dalam tulisan berarti lebih tragis,
dramatis, memilukan, dll).
Dalam tulisan, dihadirkan hal-hal yang barangkali tak pokok,
tapi berjasa membuat hal yang pokok menjadi menarik: di sana hadir lelucon,
interupsi, lanturan, deskrisi. Selama tidak berlebihan, apalagi mengalahkan
yang pokok, bumbu akan sangat berguna bagi hidangan akhir.
Sedangkan bahasa dalam
dunia si juru masak, barangkali lebih tepat dikatakan sebagai api. api untuk
menggoreng, memanggang, atau membakar, itulah bahasa. Sebagaimana juru masak
harus mengenali api, demikian pula penulis mengenali bahasanya. Api yang
terlalu panas akan membuat gosong (mentah di dalam). Bahasa yang terlalu
berkobar-kobar, hanya menyengat di mata, ketika dibaca, barangkali tak ada
isinya. Demikian pula bahasa yang tak terlampau bertenaga, hanya membuat tulisan
mentah, tak peduli betapa penting bahan di dalamnya. Dalam berbahasa, Eka
Kurniawan tak hanya peduli pada gramatika, tapi juga perdebatan mengenai
gramatika. Menurutnya seorang penulis juga semestinya membekali diri dengan kamus.
c.
Proses
Kreatif Saya
Mengenai kretivitas
saya sepakat dengan pendapat yang dipelopori oleh profesor Dean Keith Simonton bahwa kreativitas,
gagasan atau penemuan cemerlang merupakan sesuatu yang muncul tiba-tiba. Karna
hal tersebut yang terjadi pada diri saya saat menulis. Ketika saya menemui
fenomena tertentu tiba-tiba saja dalam pikiran saya tersirat ide, gagasan, dan
penemuan yang ingin saya tulis. Dan bila pada saat itu saya belum sempat
menulis maka ide dan gagasan tersebut masih “menghantui” pikiran saya namun
lambat laun juga akan menghilang. Oleh karena itu biasanya jika ada sebuah ide
saya akan langsung menuliskan.
Saat proses menulis biasanya sering tidak konsisten. Dari
ide awal ingin menulis tentang “A” yang muncul “B” atau “C” dan seterusnya. Hal
tersebut yang biasanya membuat saya menjadi bingung bagaimana mengembalikan
dari “B” atau “C” kembali lagi ke “A” dan ide saya menjadi nglambyar dan akhirnya berhenti di tengah jalan.
Biasanya kreativitas saya muncul
pada saat-saat tertentu. Misalnya ketika suasana sedang sedih, gembira, dan
pada saat berada disuasana yang tidak seperti biasanya ide itu muncul secara
tiba-tiba. Bila ide itu tidak ada dan dipaksa untuk menulis maka jangan heran
jika tak ada satupun yang akan saya tulis. Karna kreativitas saya adalah sebuah
“ilham kebebasan” yang tidak dapat dipaksa oleh apapun. Walaupun waktunya sudah
deadline tetapi kalau belum ada ide maka belum bisa menulis.
No comments:
Post a Comment